BEDA CARA PANDANG

BEDA CARA PANDANG JANGAN MARAH SEBEL DIKIT AJA

Dalam pertemuan 100 ekonomi selasa kemarin di hotel Sahid pak presiden membuka lalu di lanjut dengan pembicara rizal ramli yang dengan keras menyatakan sebaiknya pemerintah mengakui turunnya daya beli di Indonesia yang sampai saat ini masih di sangkal oleh semua pejabat berwenang.

Ok lah, namanya juga pejabat ngak terasa memang daya beli turun. Karena? Karena mereka tidak “bikin uang “ dari bisnis tetapi bulanan mereka dari anggaran Negara. Mana pernah mengakui daya beli turun lah wong mereka tiap bulan di gajih Negara. Sementara, kalau pewirausaha, ngak jualan atau daya beli pembeli turun, usaha bisa bangkrut dan terasa sekali sekarang.

Bener deh, Mana pejabat yang “nyadar” lah wong mereka terus di gajih, tiap bulan ada uang masuk di rekeningnya. Dan manusia bergajih Negara ini baik pejabat, PNS, TNI Polri semua menggunakan anggaran APBN. Ya aman lah semua. Kira kira ada 4 juta manusia yang berbasis APBN ini. yang sisanya? Pengusaha swasta dan pegawai swasta.

Yang dapat dari APBN ngak bakal terasa masalah daya beli, bahkan kalau Negara ngak mampu punya uang, ngutang. Bayangkan, uang gajih pegawai negeri itu pakai “hutang” loh, karena memang anggaran belanja tekor terus, dan itu riba? Iya juga sih, riba, makan riba ada “hubungnnya”. Lah memang pinjam berhutang bunga tinggi loh? Bukan bunga buat bisnis atau komersial, itu hutang konsumtif kalau Negara hutang buat menutup APBN.

Kesimpulan, dalam setiap gajih PNS, pejabat, yang ada unsur APBN, ada unsur hutangnya ada unsur ribanya? Setuju kah pendapat ini?

Kembali ke pernyataan sebaiknya Negara mengakui efek domino dari “cara” kelola ekonomi saat ini adalah berimbas daya beli turun. Belum ngaku salah? ok, lanjut deh.

Di tengah nya presiden meninggalkan acara karena akan menuju Halim dan akan segera berangkat ke turki untuk melakukan pertemuan antar Negara islam OKI dan Jokowi dengan kencangnya mengatakan membela palestina terhadap pemindahan ibu kota Israel ke Jerusalem. Ok pak, ok, sebentar.

Saya cukup terkejut dua kali. Sebenarnya ini presiden kesana mau apa? mau mencari Gaung nasional kepada penduduk muslim atau mau cari nobel perdamaian? Ini murni atas nama perdamaian atau jualan diri.

Ok, saya tidak boleh berprasangka buruk namun “precautious” tindakan berhati-hati boleh dong? Siapa yang buat “strategi” kebijakan luar negeri kali ini saya merasa harus mempertanyakan dan agak berbahaya keputusanya, menurut pendapat saya.

Saya berkerut kening karena sangat “takut” presiden tidak mendapat informasi bijak. Begini melihatnya, dari sisi amerika, Trump pernyataan nya mendukung Jerusalem ibukota Israel bagi saya Trump menginjak “detonator”. Berbahaya buat dirinya dan berbahaya buat amerika.

Itu masalah amerika dan ngapain Indonesia memikirkan amerika. Bodo amat mau amerika di target teroris dunia kita ngak usah pikirin.

Lalu masalah yahudi versi kebanyakan yang saat ini di pahami oleh masyarakat Indonesia. Juga ada baiknya harus di luruskan. Saya berusaha meluruskan agar bisa memahami secara holistic. Bukan saya membela yahudi. Namun mohon di lihat dengan lebih faham, agar jangan men-generalisir sesuatu. Berbahaya dan bisa salah.

Generalisir dalam bisnis membuat anda menjadi “rata-rata”. Anda tidak boleh men-generalisir masalah, apa lagi masalah humanitarian.

Begini salah satu melihatnya. Tahu bedanya JEW, JEWISH dengan ZIONIST?

33% warga palestina orang yahudi beragama jewish namun tidak Zionist. 90% warga Israel yahudi yang Jewish (sisanya Kristen ada Islam) , dan hanya 20% yang Zionist (dari 90%).

Kaum zabatai Zionist inilah yang mau Jerusalem jadi ibukota Israel. Kaum Zionist ini yang bercokol mutan ngumpet di balik Trump. Namun jew jewish banyak yang tidak setuju dengan trump. Jew jewish itu manusia kapitalis pebisnis kebanyakannya, atau scientist. Sangat di rugikan dengan tingkah polah Trump.

Ini harus hati-hati kita menyatakan atas nama hak asasi, misalnya contoh lain, orang german, ber agama katolik dan dia bukan nazi. Ini contoh memahami Zionist dengan nazi hitler agar bisa melihat jew, jewish, dan Zionist . atau memahami arab, islam bukan ISIS. memahami rasnya, agamanya dan tindakannya.

Ada baiknya bukan menghujat “ras” manusia tetapi menghujat “tindakan” Trump dan Zionist, misalnya dikatakan trump kampret ngak apa-apa. trump layak di “gituin” dan bagi kita membela paletina merdeka itu ok banget. Benar itu!

Sekali lagi jangan “ras” nya di masalahkan jangan agamanya di masalahkan, “tindakannya lah yang di persoalkan”, misalnnya menyebut Anies baswedan yang ras arab, ahok yang ras china, duh jangan begini lah melihat nya (dari ras nya) , kita semua manusia ciptaan Tuhan, namun “perilaku” lah yang harus di”permasalahkan”. Setuju ya?

Ok, kita stop bicara ras. Kita dukung kemerdekaan karena hak segala bangsa dan hal itu amanah undang-undang dasar kita, dan kita wajib mengkampretkan Trump dan Zionist Israel. Jelas ya sekarang, kita balik ke bisnis.

Saya geleng-geleng kepala dengan 100 ekonom dengan “cara” mereka melihat masalah dan ini membuat saya jadi marah sama diri saya sendiri. kenapa saya melihatnya beda. Kok mereka ngak ,melihat apa yang saya lihat. Saya bisa gila sendiri dan rasanya saya bisa 100 halaman kritikan terhadap mereka, tidak semua tetapi saya asli geleng-geleng.

Kalau ekonom papan atas begini melihatnya saya rasa ngak ada yang bisa membuat ekonomi Indonesia lebih baik. Duh bener-bener deh. Maaf bukan saya sok tahu, saya sampai saat ini masih menyalahkan diri saya. pasti saya salah. karena kalau saya benar. Saya benar sendiri, bayangin, itu doctor loh kebanyakan dan pejabat, ya masak saya beda sendiri.

Begini saya melihatnya. Sisi nya bukan dari index, bukan dari daya beli. Tapi dari sisi pasar atau market. Ok saya mulai di tulisan berikutnya ya. Takut kepanjangan sama takut ngak ada yang minat juga tulisan ekonom hahaha.

Leave a comment