2 hal yang membuat anda berbeda dengan yang lain

(Tulisan pagi) “ada 2 hal yang membuat anda berbeda dengan yang lain . Yaitu ketika anda tetap bersabar disaat berada di bawah, dan menjaga sikap rendah hati ketika berada diatas”

“Pak, kapan skedul ke kota C? mohon kabar-kabarnya, karena pak bupati matur untuk bapak menghadap beliau”. Ini adalah sms dari salah seorang staf bupati daerah tersebut. Mendapat sms semacam begini adalah hal yang biasa, namun semenjak pak bupati menjabat saya satu-satunya orang di perusahaan kami yang belum bertemu beliau. Di wilayah nya kami memiliki beberapa perusahaan. Jadi bertemu dengan pimpinan daerah seperti sms diatas merupakan hal yang penting.

Awal bulan lalu, bulan juni, kebetulan saya terjadwal mengujungi wilayah tersebut. Sehingga saya pun mengabari dengan segera posisi saya jam dan jadwal kosong saya. dan saya mendapat jawaban bahwa besoknya jam 8 pagi saya di minta menghadap. Mendapat respond yang cepat seperti begini radar saya mendadak menyala. Saya kok merasa aneh ya. Tapi mungki hanya intuisi kecil. Namun intuisi menyala negative pada manusia biasanya karena pernah mengalami hal yang mirip-mirip dan mendapatkan pengalaman yang kurang menyenangkan. Namun dalam hal ini saya tidak menganalisa lebih lanjut. Jadi saya tidak perdulikan.

Staff lapangan pun mengingatkan saya. sebaiknya berangkat 2 jam lebih awal, karena masalah jalanan. Jam 6 pagi saya berangkat karena jarak menginap saya dengan pendopo kabupaten menurut staf lapangan bisa mengambil waktu 1,5 jam walaupun jaraknya dekat namun jalanannya rusak. Untuk mengendarai sedan harus banyak berzig zag. Dan bagi saya memperhatikan jalanan begini bisa membuktikan satu hal. Rasanya pimpinan daerah ini tidak bekerja dengan baik. Maaf.

Setibanya di kantor bupati, rupanya kedatangan saya sudah di tunggu karena saya di bawa langsung keruangan pribadi beliau. Menanti di ruang tamu yang besar, berjajar kursi tamu yang kosong hanya saya sendiri menunggu. Tak lama staf bupati yang menghubungi saya masuk ruangan. Saya sudah beberapa kali bertemu dia dijakarta , dan dengan senyuman lebar di bibir dia menya[a saya, Apa kabar pak wowiek. Sebentar pak bupati akan hadir, beliau ada banyak pesan penting buat kepentingan bersama.

Kalimat itu membuat radar saya menambah terang nyalanya. Ada maksud nya akrab-akrab begini?! . duduk saya yangtadinya agak santai dengan menyederkan seluruh punggung ke sofa mendadak menjaga sikap sedikit kaku yaitu maju kedepan badan dan menggeser pantat dari sisi tengah sofa menuju kedepan sedikit. Ini adalah sikap kuda-kuda yang secara reflex dilakukan oleh manusia disaat radar “awas”nya menyala.

Tak lama berselang, seseorang berkulit gelap berkumis tipis, berwajah datar masuk ruangan dengan mengulurkan tangannya. Saya pun dalam sepersekian detik mamfokuskan pada sisi dada kanannya karena ingin memastikan siapa nama orang di depan saya. ketika nama tersebut memang dikenal dengan nama pak bupati maka saya pun mengangguk kan kepala sambil menyodorkan tangan. Saya wowiek pak, apa kabar. Maaf mengganggu waktu penting bapak, terima kasih atas kesempatan bertemu.

Dijawab singkat, silahkan hayoo duduk. Kapan datang? Dan disanalah awal komunikasi basa basi perkenalan. Namun agaknya saya berhadapan dengan seseroang yang langsung langsung saja sehingga dalam 2 menit pertemuan pak bupati langsung menggiring ke maksud tujuan nya mengundang atau memanggil saya untuk hadir di pendopo kabupaten ini.

Mas, saya denger info sampeyan akan membangun sesuatu di tempat kami. Bagaimana ceritanya. Lalu saya pun menceritakan singkat rencana bisnis tersebut. Yang jika di perhatikan sepertinya wajahnya tetap datar yang bisa saya simpulkan, ok ok..cepetan deh ngomongnya.

Begini mas, saya bisa di inform kapan pembangunan akan berlangsung.
O siap pak, saya mencoba menyopankan diri. Saya menunggu izin prinsip dari bapak selaku bupati dan menunggu kredit bank turun pak.

Iya, kapan itu? Kalau saya keluarkan izin prinsip sekarang juga.
O, iya kira-kira bulan depan sudah bisa ground breaking pak.
Pak bupati menengok ke stafnya yang duduk disamping saya. kamu panggil pak e segera menghadap saya. ini penting. Kemudian dia mengmalingkan lagi wajahnya ke saya, pak e adalah kepala dinas perizinan. Saya ingin ini semua berjalan cepat. Bukan begitu mas wowiek?!

Iya, benar pak. Saya pun mengangguk menyetujui.

Lalu seorang bapak menghadap dan menyalami tangan saya. lalu pak bupati membuka perkataan langsung kepada pak E, ini pak..pak wowiek. Beliau akan membuat usaha di tempat kita. Tolong semua izin yang sesuai dan di butuhkannya segera di laksanakan dan di percepat. Izin prinsip sekarang juga langsung saya tanda tangani. Tolong segera di buatkan. Katanya surat nya kepada kita sudah masuk sejak bulan lalu. Sekarang kamu laksanakan ya.

Demikian pak bupati dengan tegas mengatakan kalimat dengan perintah yang jelas. Lalu pak bupati melanjutkan perkataanya..kamu tahu pak E, saya ini hampir 2 tahun merayu dan mengarahkan agar pak wowiek ini mebuat usahanya di tempat kita. Sebenarnya dia ingin membuat nya di kabupaten tetangga kita namun saya yakinkan bahwa di tempat kita semua lebih siap mendukung. Jadi tolong di bantu ya.

Kalimat terakhir membuat saya sedikit terkejut. Kalimat 2 tahun mencoba menyakinkan saya?! padahal kami baru bertemu. Namun bagi saya itu tidak masalah, toh membuat saya bisa lebih cepat menjalankan usaha lebih baik. Apalagi didukung pemeritah daerah seperti ini. itu yang ada di pikiran saya saat itu sewaktu mendengar perkataan “sok akrab” pak bupati.

Lalu kemudian, pak E pamit dan dengan tergesa-gesa menuju kantornya. Agaknya dia melaksakan apa yang diperintahkan pak bupati. Lalu pak bupati kembali duduk di hadapan saya. dan dengan wajah serius dia mengatakan, jadi pak wowiek. Saya sudah membantu anda bukan? Dan saya pun mengangguk. Begini, katanya kemudian. Tolong katakana kepada masyarakat sekitar seperti apa yang saya katakana tadi. Bahwa sesungguhnya pak wowiek tadinya mau membangun di kabupaten sebelah namun setelah di yakinkan pak bupati langsung setuju pindah kesini. Tujuannya satu, saya mau masyarakat mendapat manfaat kehadiran sampeyan dan saya mendapatkan efek positif juga. Bagaimana bisakah kita “bermain” seperti itu?! Katanya samba menanti jawaban saya.

Dalam hati saya waktu itu hanya terbersit satu hal…o alah ini orang mau memanfaatkan usaha saya untuk profiling, publikasi. Ok lah..ngak ada ruginya buat saya. maka sayapun mengangguk setuju. Lalu saya juga melaporkan bahwa di tanah yang akan saya bangun saya akan membuat gorong-gorong dengan diameter cukup besar. tujuannya juga simple yaitu agar kemungkinan air tergenang di tanah saya tidak ada, dan ternyata efeknya..ada sebuah sekolah yang langganan banjir tepat di depan lahan saya tersebut menjadi lancer juga alias air menjadi tidak tergenang. Saya mnta izin ke dinas PU dan pengairan sekalian saja saya melaporkan dan minta persetujuanya pak bupati.

Dan tanpa jeda, pak bupati langsung berkata, baik lah saya setuju. Saya akan teken, dan satu lagi tolong bilang ke masyarakat itu gorong-gorong adalah atas perintah bupati. Faham pak wowiek ya. Sekali lagi pak bupati mengunggu jawaban setuju saya. yang saya terpaksa angguk. Karena bagi saya masih tidak ada ruginya.

Lalu, pak bupati kembali membuat pernyataan, begini pak wowiek. Saya ini punya rekanan yang juga kontraktor, namanya pak P. tolong pekerjaan sipil yang akan pak wowiek kerjakan diberikan kepadanya ya. Ini penting buat membantu perekonomian penduduk local pak. Tolong ya, saya sangat mengharapkan dan tolong dibantu loh..ini demi kita bersama.

Kalimat terakhir membuat saya terhenyak. Karena kalimat tersebut merupakan bentuk penekanan, atau apalah namanya yang jelas saya tidak nyaman. Satu, saya tidak tahu hasil pekerjaannya dan ini masalah “mutu”, kedua saya sangat perduli masalah kecepatan pekerjaan atau “completion risk” nya bagaimana. Pernyataan yang menekan tersebut setidaknya menurut saya harus disikapi dengan bijak. Maka saya pun menjawab dengan tangkisan diplomasi.

Siap pak, terima kasih sekali atas perhatian bapak. Kapan saya bisa bertemu beliau. Kapan company profile nya bisa saya peroleh. Ini khan kualifikasinya A kelas 6 untuk standar nasional dan telah disetujui oleh lembaga terkait yang memberikan saya pekerjaan. Selama terpenuhi standar tersebut pasti kami berikan. Bagaimana pak, kapan saya bisa bertemu dengan dokumen penunjang lengkap tentunya.

Saya pun harus melakukan penekanan balik. Karena kalau inggih inggih bisa di makan saya ini. itu yang ada dalam benak saya. dia pun segera menelfon “rekanan”nya dan menginformasikan apa yang saya barusan katakan. Yang ternyata saya mendapat jawaban bahwa dia akan mencarikan perusahaan yang bisa cocok dengan klasifikasi tersebut. Lalu dalam hati saya, nah ini orang diseberang telefon sana rupanya broker proyek ya. Saya mulai tidak percaya dan asli tidak nyaman. Karena kalimat lanjutnya adalah, pak wowiek..pokoknya bantu-bantu kamilah. Apa saja, masyarakat local harus diperdayakan, bagi-bagi rezeki lah singkatnya.

Dengan memperhatikan cara dia berbicara, saya asli berkesimpulan saya berhadapan dengan bupati yang pikirannya Cuma satu. Bagaimana dia bisa untung. Maaf saya berasumsi demikian karena cara yang dia pakai saya sangat kenal sekali. Ada beberapa pejabat yang tipe model beginian. Cari nama untuk dianggap masyarakat, pura-pura bantu tapi minta balikan dengan lebih besar. dan gong dari kalimat berikutnya dari pak bupati..

Jangan lupa undang wartawan pada saat peletakan batu pertama dan saya diundang sebagai pemrakarsa proyek ini ya. Mohon di perhatikan ya pak wowiek pesan saya ini. sekarang silahkan dilanjut lagi. maaf saya ada kegiatan berikutnya. Dan pertemuan singkat 1 jam tersebut benar-benar straight to the point, dan saya pun pamit. Dalam perjalanan kembali ke proyek kepala saya bekerja dengan keras. Saya harus menyikapi dengan benar orang seperti ini. lalu apa strategi saya, apa langkah saya kedepan..(the saga continue) # may peace be upon us

Leave a comment