Antara Teori dan Mahalnya Pengalaman

“Terkadang mengalah dan meminta maaf itu lebih baik daripada menjelaskan segalanya kepada orang yang tak mau mengerti”

Ketika rupiah mendekati angka Rp12.000 terhadap dolar amerika maka hampir semua pengusaha mengerem meperlambat kegiatannya. Berjaga-jaga dan bertanya..akankah dejavu terulang kembali peristiwa tahun 1998? Dimana rupiah melemah terus hingga Rp 15.000. Saat ini bank menaikan suku bunga pinjaman. Dan pastinya membuat pengusaha mengerem laju investasi expansinya.

Di sebuah ekonomi overheat, mengerem sedikit invetasi adalah wajar. Seperti halnya keadaan Indonesia saat ini. disinilah peristiwa yang bagi sedikit orang akan melihat sebagai peluang, bagi sebagian lagi adalah kesempatan yang akan di ambil untuk menjadi naga atau menjadi cacing.

Inilah tikungan yang oleh setiap pembalap baik formula 1 ataupun motorbike maka setiap di depan ada tikungan ini adalah kesempatan untuk menyusul. Jarang ada pembalap yang menyusul di jalan lurus. Dan yang bisa melakukan itu memang biasanya memiliki keunggulan mesin bukan ketrampilan pembalap. Namun, di dunia balapan seperti formula maka kekuatan engine semua rata-rata. Sama.

Jadi ketrampilan pembalaplah yang menentukan jalannya pertandingan dan ketrampilan mengambil lawan di tikungan merupakan peluang yang selalu diambilnya. Dan, dalam bidangbisnis maka ekonomi overheat, atau ketika ekonomi mengalami kontraksi kebawah seperti yang dilakukan oleh sebagian pengusaha dan pemegang otoritas keuangan maka anda sebagai pebisnis lah menentukan tindakan anda. Mau mengambil kesempatan dengan mengegas di tikungan di depan? Atau memcoba bertahan di belakang pembalap lain dan belum melakukan gas pol sekarang. Bagaimana menganalisanya? Apa yang harus di perhatikan?

Kalau memperhatikan para pengamat bursa saham dan juga kaum akademisi pakar ekonomi guru-guru besar ilmu ekonomi saat ini adalah masa dimana kita Indonesia kalau salah mengelola Negara akan membuat Negara kita diambang resesi seperti halnya di eropa. Menarik kalau memperhatikan pengamat ekonomi ini berbicara. Data lengkap, asumsi bagus. Namun satu hal..tidak ada satupun dari mereka yang memiliki bisnis di sector riil atau nyata.

Bahkan hanya sedikit dari mereka yang mengenal dunia bisnis tersebut, namun kalau teori atau landasan pemikiran semuanya mantap. Jadi, apakah kita mau mendengar analisa mereka atau kita mendengar dari pelaku pasar? Dari pebisnis langsung. Bagi saya, maka pilihan terbaik adalah tidak usah terlalu di fokuskan analisa mereka. Yang penting adalah menggunkan intuisi sendiri. Ini lah yang menjadi dasar pemikiran saya dalam berbisnis dimana sebaiknya saya hanya mendengarkan masukan hanya dari pelaku bisnis pengalaman yang sudah sukses.

Saat ini saya berfikir keras, akan menyerang atau bertahan. Di bidang Oil n gas dimana kami telah 20 tahun lebih berbisnis di bidang tersebut menurut saya sebaiknya bertahan. Namun di anak usaha yang saya pegang ada 3 bidang yang saya fokuskan untuk masuk sebagai pertimbangan saya di masa kontraksi ekonomi seperti saat ini. yang satu bidang hospitality, satu lagi food n beverage dan yang terakhir adalah IT.

Dari satu minggu kemarin saya sangat intens dengan CEO masing-masing anak usaha. Pak DB dari PT Swiss Margos International perusahaan hospitality solution, Ibu A dari PT Cobana Fuba, bidang food dan beverage, dan terakhir 2 pimpinan pak KP dan Pak H dari PT Asure Electra, bidang IT solution.

Bisa berjam-jam saya berdiskusi dengan mereka minggu lalu. Dan salah satu strategi terbaik adalah, kami ber 5 jalan bareng keluar kota. Kebetulan saya harus mengujungi 2 kota minggu lalu yaitu sumenep dan cepu. Seperti kita ketahui, jalan menuju sumenep dari Surabaya minimum 4 jam. Dan dalam jadwal saya, saya hanya memerlukan waktu singkat di sumenep yaitu bertemu pak sekda , kepala perizinan sumenep dan ada diskusi masalah legalitas kegiatan kami yang akan kami lakukan di awal bulan November tahun ini.

Jadi, bolak balik Surabaya sumenep Surabaya bisa 10 jam, karena ada hal wajib yang selalu saya lakukan kalau ke ranah Madura, makan bebek sinjay di bangkalan. Saya ini bukan penggemar bebek dalam kulimer dan saya hanya makan bebek ya di restorant bebek sinjay di bangkalan ini. saya beri nilai 9 buat rasa dan harga. Namun jangan bertanya fasilitas, anda seperti makan di dalam kaleng. Puaanasnya pol, karena kayak makan di lapangan futsal yang panas. Di kombinasi rasa pedas bebek goring tersebut, sempurna sudah pedes dan panasnya tersebut, dan harganya yang 18.000 rupiah per porsi dengan porsi besar itu membuat rasa ketemu harga saya beri nilai 9.

Dalam perjalanan itulah kami diskusi. Berangkat pesawat jam 5.30 maka di bandara cengkareng sejak jam 4.30 pagi sudah disana. Sudah diskusi dan berdebat. Tidur sebentar di pesawat lalu mobil jemputan jam 7 langsung menuju Madura, dan jam 8.30 sudah menyantap bebek sinjay sinar jaya itu. Lalu melaju ke sumenep yang berjalan menembus 4 kabupaten, bangkalan, sampan, pamekasan, sumenep. Hingga tepat jam 1 tiba di sumenep dan langsung ke kantor bupati. Jam 3 langsung balik Surabaya untuk menginap di sana.

Jam 8 masuk hotel mariot karena pastinya supaya kalau lapar dengan santai kita tingal menyeberang jalan makan Rawon Setan yang bukan malam hari yang selalu antri itu. Selama lebih dari 15 jam kami selalu berdiskusi. Menyerang atau bertahan. Walau pun ketiganya bidangnya ngak ada nyambung-nyambungnya namun diskusi bisnis itu selalu sama dari sisi manajemen ataupun filosofi. Kita harus taat pada “profit” dan mengendalikan “cost”. Itu saja seni perangnya.

Bisa dibayangkan, habis mandi malam, kami masih diskusi hingga jam 1 pagi. Berlima. Tanpa ada jeda ataupun kepikiran untuk kecapean. Besoknya kami menunggu tamu pimpinan dari 2 bank yang menjadi funder, pembiaya dari beberapa unit usaha kami. Maka ketika pesawat mereka mendarat jam 7 pagi kami jemput di bandara mereka menuju Cepu bersama kami. Satu mobil, 8 orang dengan supir. Mobil besar warna putih ini mungkin menjadi mobil paling berisik kalau ada yangbisa mendengar bukan kerana suara musiknya namun diskusi dan opini akan apa yang terjadi di kondisi Indonesia saat ini.

Para funder direksi 2 bank tersebut ingin meninjau proyek pekerjaan yang mereka biayai di cepu tersebut. Jadi ini adalah perjalanan darat panjang dari jam 8 hingga jam 13 alias 5 jam jalan daratnya. Walaupun cepu masuk wilayah jawa tengah dan bisa di akses dari semarang namun seperti semua orang tahu. Jalan di jawa tengah ngak ada yang bener atau keriting semua. Kalau berjalan 140 km dengan badan ajrut-ajrutan mana enak pinggang dan badan, remuk semua. Lewat jawa timur, melalui lamongan, bojonegoro lalu cepu jauh lebih nikmat, santai jalanan rata bagus.

Diskusi kami bertujuh membuat banyak masukan bagi saya. bayangkan, ada direksi 6 orang dihadapan anda, dari 4 bidang berbeda. Keuangan, hospitality, food beverage, IT. Hingga petang kami meninjau lokasi yang berseberangan di 3 lokasi di cepu, di daerah randu blatung, daerah gundih dan daerah semanggi. Tidak mungkin kami balik ke Surabaya malam nya, lebih baikmenginap di cepu. Dan pilihan menginap di cepu mengagetkan 2 direksi bank tersebut karena mereka tidak menyangka di kota kecamatan seperti Cepu ada hotel dengan fasiltas dan kenyamanan hotel bintang atas disana. Dan yang mengagetkan lagi tingkat huniannya lebih dari 90%.

Paginya kami baru kembali ke Surabaya untuk langsung pulang ke Jakarta pesawat jam 14.00. bisa di bayangkan selama di perjalanan tersebut apa saja yang kami diskusikan?. Apa lagi pengalaman masing-masing direksi tersebut untuk bidang masing-masing..semua lebih dari 20 tahun menggeluti bidangnya sehingga kesimpulan pembicaraan adalah hasil nyata jam terbang pelaku bisnis nyata. Hal ini lah yang membuat saya sangat yakin akan keputusan apa yang akan saya ambil. Sudah bulat keputusan saya untuk 3 bidang tersebut. Bismillah…# may peace be upon us

Leave a comment