SAYA WARAS? KAYAKNYA NGAK YA….

Lama tidak bicara dengan sahabat satu ini, jadi saya menelfon pagi ini sebelum sarapan. Setelah saling sala, tiba-tiba ia membuka pembicaraan via telfon diawali dengan kalimat , sehat khan pak?

Kami terbahak. Ini dalem kalimat nya, dalem versi kami berdua dan hanya kami berdua yang ketika bicara dengan sepotong kata ini yang bisa mengerti ke dalamannya dan pasti terbahak.

Sahabat saya ini saya kenal di medsos awalnya. Dia pedagang asongan awalnya, mereka bergabung dalam sebuah kelompok saudagar makasar di makasar dan semuanya berangkat dari pedagang kaki lima.

Itu dulu, 3 tahun ini aset terbilayang milyar walau hutang dagang pun terbilang milyar hahaha (maaf mas M saya buka di publik).

Mereka lah sahabat makasar saya yang membuat saya turun gunung mengajar lagi dimana saya sejak tahun 2009 tidak aktif lagi berdiri di depan panggung mengajar publik. Sudah umuran menurut saya.

Mengapa turun gunung, karena di panggung di hadapan orang itu kita harus menjaga penampilan, selalu lucu secara konten, selalu segar secara ilmu dan selalu membuktikan bahwa kita “ahead” di segala lini. Penampilan, ilmu, kantong tebal, semua di jaga.

Sementara kalau kita latar belakang wirausaha bagaimana bisa stabil? A=dan memang bukan pengajar di panggung. Pewirausaha itu besok bisa hilang rekening di bank, tahun depan bisa jual rumah tinggal di kontrakan, tahun berikutnya bisa punya rumah 2 baru , dan 3 tahun berikutnya bayar gajih karyawan pakai hutangan dan tahun berikutnya prusahaan tutup, 2 tahun berikutnya ganti bidang usaha dan tahun berikutnya anak semua sekolah diluar negeri.

Anda tidak bisa stabil pendapatan dan usahanya (seakan-akan) dan bagaimana mengajar publik yang harus terlihat menarik, stabil dan nyeningin.

Belum lagi penampilan, jas sekarang mislanya miring di kantong kiri, bisa di bayangkan anda di panggung anda masih pakai jas double breasted! Dan akan banyak orang dalam hati bilang, ini katanya sukses, fashionnya jaman baheula.

Atau sisi lain lagi, Baju anda di setrika dengan di loundry saja beda di lihatnya. Baju anda worn out karena sering di cuci dengan baju raoul walau sering di cuci ya beda.

Di panggung semua di perhatikan, perut lingkarnya naik membuat tidak sedap lama-lama di lihat karena kita terlihat ngos-ngosan di panggung, dan maaf banget loh, saya ngak bisa begini. Bukan gw banget. Ngak bisa jaga perut, setengah mati pengen rata. Sisi lain, saya ya saya yang pakai sepatu sneaker atau sport shoes walau pakai jas karena masalah dengan kaki saya, saya tidak bisa pakai sepatu kulit.

“Shock breaker” di kaki saya tidak sebagus sahabat muda. Sudah worn out. Kalau saya sholat tidak bisa nekuk sudut, saya harus pakai kursi dan itu bagaian dari diri saya yang harus di “repair”.

Jadi orang di panggung bukan bawaan natural saya, tetapi teman makasar ini berhasil bawa saya turun gunung di maret 2015. Ok, saya turun lagi sesekali.

Nah, urusan “kata sehat” yang hanya kami berdua bisa ngakak adalah rahasia kami berdua. Karena untuk pertama kali dalam hidup saya tensi saya naik waktu ke makasar tahun lalu.

Bangun tidur sudah tidak enak, sarapan pagi semakin ngak enak, dan saya di antar ke UGD dan tensi saya 170. langsung di berikan obat penurun tensi darah, ini gara-gara pikiran banyak, usaha lagi di hajar BUMN, makan coto, makan konro, makan kepiting, makan buras, sampai jam 12 malam masih makan coto daging..aiiii.

Tensi tembus 170.

Balik jakarta langsung general check up, hasilnya dari dokter jantung mengatakan, bapak ini bukan harus datang ke dokter jantung, tetapi ke psikolog!!!eehm bapak stress sepertinya, hahahaha.

Makanya ketika berkata, sehat khan pak? Kami berdua ngakak via telphon pagi ini sebelum saya bacangan.

Pertanyaan saya balik kepadanya, bagaimana dagangan kita di makasar, apotik bagus? Pisang nugget bagaimana? Konveksi dan loundry bagaimana? Warung bebek bagaimana?

Di jawab di seberang telephone, alhamdulillah, turun semua jualan pak. Stabil turun kebawah, harus jual ruko 2 ini buat tutup hutang dan gajih karyawan belum ada penawaran malah turun juga harga ruko.

Kenapa negara pak? Bagaimana kita?

Saya jawab, untuk survive kamu tega hajar bisnis di bawah kamu. Main ke level bawah lagi bagaimana? Banting harga, turunkan service, hajar pedagang bawah? Demikian saya bertanya.

Wah bingung jawabnya saya, demikian dia berkata.

Atau begini, saya november ke makasar ya, kita bedah dan buat solusi sekaligus, gampang itu bisnis solusinya. Jangan makan konro sama coto, pisang epe saja sama palu butung saja. Siap berubah? Siap main baru? Siapa menggarap pasar yang belum tergarap?, telphon tak terjawab, rupanya sambungan koneksinya mati, saya menelfon pakai telpon gratisan WA ya begini ini. ngomong bisnis milyaran pakai sarana yang gratisan ngarep bagus signalnya, ngimpi.

Leave a comment