Perlambatan Ekonomi Dunia

(Tulisan Pagi) “ Pastikan orang disekeliling anda lebih banyak yang superior dan lebih pintar dari anda”

Dalam kunjungan keluar negeri, perbandingan antara perjalanan wisata dan perjalanan bisnis 3 tahun terakhir agaknya berubah pada diri saya. saat ini 5 kali keluar negeri, 4 kali adalah kunjungan bisnis. Itulah perubahannya. Dulu kebanyakan kunjungan wisata.

Entah mengapa begitu kunjungan itu bisnis, maka sudut yang di pandang juga sisi bisnis. Saya perhatikan ada hal yang berbeda dalam kunjungan bisnis 3 tahun terakhir. Terutama di 4 Negara yang sangat mempengaruhi ekonomi dunia. China, jepang, korea dan Amerika. 3 tahun yang lalu saya duduk di kota

Sebagai observer saya lihat di kota yang saya kunjungi di china, korea, jepang dan amerika, 3 tahun lalu warung, café, restorant penuh, penuh dengan orang asing, ataupun orang local dan semua bergerak dinamis.

Sekarang, banyak toko tutup, café warung sepi, dan menjadi agak suram tidak dinamis lagi. Ini di 4 kota, qinzhou, Pohang Korea, Kyoto, Miami, dari 4 negara yang saya kunjungi dengan mata kepala sendiri saya saksikan.

Kesimpulan dunia saat ini sedang mengalami slow down ekonomi. Hanya perlambatan bukan resesi. Resesi itu berbeda. Kalau resesi itu ekonomi berhenti dibeberapa lini. Kalau sudah terjadi resesi maka jalan terbaik yang selama ini dunia modern lakukan adalah membuat perang!.

Kalau slow down ekonomi terjadi asal muasalnya adalah “over production”. Kelebihan memproduksi. Seperti saat ini, produksi mineral, produksi tambang, produksi manufaktur seperti mobil, motor, gadget dan banyak lagi sudah kelebihan produksi. sampai nanti ke limit tidak terlalu di butuhkan. Sehingga sampai barang itu terserap lagi oleh pasar maka perekonomian akan memulai lagi rodanya bergerak lagi dengan normal.

Karena itu pasar “me too” atau ikut-ikutan membuat produk menjadi “red ocean” adalah salah satu penyebabnya. Contohnya begini, industry kopi misalnya. Banyaknya pengusaha yang ingin masuk ke dunia café melihat sukses starbuck yang menjadi darling di wallstreet dengan profit margin pertumbuhan 10 tahun bisa lebih dari 5000% adalah fenomena menggiurkan.

Marak dan membanjir café membuat komoditi kopi jadi primadona. Kebun kopi di amerika latin, di asia semua bekerja maksimum dengan menambah lahan tanam naik 10 kali di seluruh dunia. Ketika café terus bermunculan, maka pasar mulai jenuh, “over heated” .

Satu-satu café bergelimpangan, dari 5 di buat 2 tutup. Dan rate tutupnya saat ini makin naik, alias dari 5 di buka, 3 tutup diseluruh dunia. Begitu ekonomi melambat , nongkrong di café berkurang atau turun ke pasar yang yang lebih rendah harganya.

Efeknya, produksi kopi tidak terserap. Petani mulai membanting harga dari pada panennya tidak di ambil. Petani lain mulai mengurangi jumlah lahan kopi. Distribusi dari 10 truk menjadi 5 truk, demikian berimbas ke pabrik pupuk. Sehingga kebutuhan bahan bakar berkurang. Sehingga produksi minyak di kurangi lagi. Karena minyak banyak di pasaran, maka produsen minyak menurunkan harga dari pada stok di depo minyak menumpuk. Demikian perputaran ekonomi berangsur menurun, melemah.

Suatu saat pasar akan bertemu dengan equilibrium keseimbangan lagi. Pasar dan demand bertemu. Hingga saat nya demina meningkat lagi dan supply kurang, inilah harga mulai bergerak naik. Inilah yang di namakan “upper swing economy”. Ekonomi mulai bergairah lagi.

Oke, sekarang, dalam kunci perdagangan dan bisnis. Mengambil moment start adalah kunci kemenangan. Kalau lagi pertandingan balap sepeda seperti tour de france. Setiap tanjakan dan tikungan adalah “matters” sebuah peluang. Kapan kita “break” meng-gas untuk meninggalkan rombongan adalah kunci kemenangan.

Bagi Indonesia bagaimana? Sebuah fakta bahwa di era gusdua, habibie, megawati dan Sby, dunia industry dan manufaktur tidak ada pertumbuhan, bahkan banyak yang pindah alias negatif growth. Karena pak SBY juga pelaku sosmed saya harap di abaca tulisan ini. Boss, loe 10 tahun ngapain aja sih? Kebanyakan ikutin hati ya, buat album lagu mulu!

Oke, itu masa lalu. Masa jokowi bagaimana? Jujur..saya juga belum lihat!. Dia focus di infratuktur, dan oke lah, masih mending di banding yang dulu. Tapi infrastruktur buat ngangkut apa? harusnya bahan baku, perniagaan, industry dan manufaktur khan ya?

Baik, secara kasat mata saya belum melihat ada industry baru sekarang. Tapi harus kita kerjakan sekarang bukan?

Industry apa yang sebaiknya regim jokowi bangun? Karena para menterinya mungkin terlalu sibuk, pak jokowi juga orang yang baru belajar bernegara. Ada baiknya kita ingtkan mereka. Begini kira-kira, mana yang saat ini produk yang masih kita import?

Pupuk kita masih import 1,5 juta MT, sapi kita masih import, BBM kita masih import, refinery minyak masih kurang, kebutuhan besi masih kurang, kimia dasar masih import, obat-obatan masih impor, kapas kita impor, kedele import, gandum untuk mi kita impor padahal maka mie itu sudah menjadi makanan utama di indoensia setelah nasi. Pangan ternyata kita masih impor.

Unsur impor ini membuat ketahanan bangsa kita lemah dan bisa di kendalikan oleh bangsa lain. Ketahanan pangan, ketahanan enegy, ketahanan budaya dan masih banyak lagi yang kita impor adalah hal yang harus segera kita mandiri.

Jadi produksi manufatur dan indutri adalah utamakan pengganti unsur impor.

Berikutnya adalah penguatan unsur eksport. Dengan kekayaan alam Indonesia maka focus di bidang mineral sumber daya alam adalah kekuatan kita mengendalikan pasar dunia. Dan ini perlu campur tangan pemerintah. Kalau perlu setiap perusahaan yang menghasilkan produk eksport lebih dari 50% produksinya pajak perusahaan hanya 50%. Ini menjadi rangsangan bagi pengusaha.

Perizinan untuk perusahaan penghasil produk ekspor hanya 7 harus selesai dari 20 lebih perizinan yang diperlukan. Izin prinsip, amdal selesai, bangun!

Sementara produsen manufaktur industry pengganti impor tidak bayar pajak 5 tahun!. Karena membuat Negara mandiri tidak bergantung Negara lain danini juga harus di beri insentif pajak dan import barang untuk manufakturya juga non tax.

Lalu bank di Indonesia, nah ini biang yang saya sangat benci. Dan sahabat tahu banget deh..saya pengkritik abis banker bank indoensia. Ini rentenir. Ini ngak bisnis oriented, ini mau untung sendiri. Namun di bungkus dengan kata “prudent” lah, “cautious” mau bijak kek, mau kehati-hatian kek, intinya bagi saya, kalian semua mau untung sendiri. penakut, sombong!

Kalian sebaiknya focus di atm saja, consumer saja deh.

Corporate banking, international transaction ngak mampu kalian. Penakut semua. Apa lagi bank BUMN, jabatan direksi jabatan politis, anda tersering menjilat “biji” para politikus dan pejabat birokrasi dan orang berpengaruh. Supaya jabatan anda langgeng, kaga kerja anda! Ngak ada revolusi di dunia banking. Paling sebatas tabungan! Bukan pembiayaan!. Maaf ya sahabat di dunia perbankan yang baca tulisan ini, saya tantang ada di dunia pembiayaan. Yang tidak rentenir, yang win win.

Kalian punya win win bukannya sama-sama menang, tapi lebih angin-anginan (wind-wind).

Sahabat saya mengeluh, ambil kredit buat rumah 1 milyar. Tiap bulan nyicil 11 jutaan. Sudah menginjak tahun kedua ternyata pokoknya dari 1milyar masih punya hutang 975 juta. Alias baru terbayar 25 juta!. Sementara dia sudah keluarkan uang lebih dari 140 juta!. Alas an bank, bunga atau keuntungan bank 5 tahun oertama di fokuskan dulu baru di atas tahun kelima di pokoknya berkurang.

Dalam hati saya, loe banker memang kalau dagangnya begini namanya bajingan!..itu jadi riba namanya , dasar bisnisnya geblek!. Padahal bisa ngak gitu khan ngitungnya. Terus anda ngaku bank itu sebagai urat nadi ekonomi gitu. Sebaiknya anda rubah kalau anda mau bank itu menjadi roda ekonomi dan bermanfaat buat masyarakat. Baru ngaku sebagai urat nadi ekonomi.

Wahai para banker, maaf anda sakit hati baca tulisan ini. Karena anda adalah pahlawan ekonomi kalau anda rubah strategi pembiayaan. Sehingga manufaktur, industry lainnya bertumbuh. kami tunggu revolusi itu. kami tantang anda di perbuatan. # may peace be upon us

Leave a comment